Selasa, 27 September 2011

GETARAN ASMARA


Pagi itu di sebuah kampus hijau di pinggiran kota bogor, dinginya pagi meski tak sedingin di kutub selatan. Ada seorang pria berkulit putih  dan  tak gemuk  ia adalah salah satu mahasiswa di kampus hijau sebut saja Ginanjar. Ginanjar juga merupakan seorang  yang cerdas, jujur dan baik hati. Tak salah lagi, jika banyak cinderela kampus yang mengidolakanya. Tetapi ginanjar tak pernah merespon cinderela itu dengan tanggapan yang serius.

Akhir minggu ialah hari yang sangat di nanti – nantikan oleh para masyarakat kampus hijau. Tak terkecuali bagi Ginanjar. Iatan Ginanjar tidak membuang waktunya begitu saja Ia menggunakan kesempatan itu untuk mencari informasi di belahan dunia maya. Hampir setiap liburan Ginanjar melakukan kegiatan itu.

Ke esokan harinya.........
Hari ini agak berbeda dari sebelumnya, pagi terasa begitu hangat sinar ultraviolet secara gratis menyapa Ginanjar agar segera memulai hari. Jadwal Ginanjar pagi itu ialah ke warnet untuk untuk melihat lihat informasi yang basi, karena begitu banyak media yang memperbaharui informasinya setiap detik.
Seusai mandi hp Ginanjar bergetar, ada sms yang masuk ke inbox hpnya. Dengan sedikit penasaran, Ia membuka sms itu. Ternyata sms itu dari indah, salah satu cinderela yang dekat denganya.

Gin, hr nie siBuk nggA ??
kLu nggA siBuk ntaR soRe
kT noNton ya....
bLs
Sms yang masuk pagi itu membuat dada Ginanjar bergetar tak seperti biasanya. Ginanjar bertanya tanya dalam hati apa yang harus di balas olehnya. Sempat terlintas olehnya untuk menolak tawaran indah tetapi Ia merasa bersalah jika melakukan hal itu. Seandainya Ia menjawab iya, jam tiga sore Ginanjar masih harus mengikuti rapat organisasi. Baru kali ini Aku harus mengambil keputusan yang cukup sulit, gumam ginanjar dalam hati. Karena Ia harus memilih untuk pergi bersama indah atau mengikuti rapat organisasi.
Selang bebrapa menit kemudian hp Ginanjar bergetar  lagi, ada satu pesan masuk.
Ass. Wr. Wb.
teman – teman karena
satu dan lain hal, rapat
di tunda minggu depan.

TETAP Semangat....!!!!!

Dengan  sedikit tersenyum Ginanjar  membaca sms itu. Karena sms yang baru saja masuk itu bagaikan madu dalam empedu hal yang tak pernah terbayangkan olehnya. Tanpa pikir panjang Ginanjar langsung membalas sms dari indah dengan  kata Ok.

Tak terasa waktu telah menujukan pukul 15.00, ginanjar langsung memberi tahu indah lewat sms bahwa Ia telah menuggu di tempat biasa. Sepuluh menit kemudian , pandangan ginanjar tertuju pada sesosok bidadari yang kulitnya seputih susu dan sehalus sutra dengan wajah semanis madu. Belum sempat membayangkan suara merdunya, Aku mendengar suara lembut yang menggetarkan gendang telinga.

Gin, udah lama nuggu ??
Blum, baru sejam ( Ginanjar menjawab dengan nada bercanda)
Ind, kita nonton dimana ??
Di boker[salah satu pusat belanja di kota beriman ]  aja ya ??
Okelah....

Sampai di boker indah langsung membeli karcis masuk dan langsung masuk untuk menyaksikan film. Ketika menonton film bersama indah, jantung Ginanjar  berdetak lebih kencang maklum ini adalah kali pertama Ginanjar  jalan berdua. Disamping itu, film yang mereka tonton adalah film paling romantis [ Horor  Indonesia ]. Seberkas cahaya yang tampil di layar secara tiba – tiba adalah sesosok kuntilanak. Dengan refleks takut  indah tanpa sengaja langsung menutup matanya dan bersembunyi di bahu Ginanjar. Ginajar pun kaget, dan setelah itu langsung megatakan kepada indah “  Kuntilanaknya sudah hilang  ” tak lama kemudian film pun selesai. Kuntilanak  tadi merupakan klimaks film. Mereka kemudian langsung pulang.

Malam itu, Ginanjar nyaris tak tidur karena memikirkan Indah, ada rasa rindu yang yang terbesit di benaknya. Dia terus bertanya dalam lubuk hatinya apakah Ia sedang  jatuh cinta ??  ketika pertanyaan itu  terjawab bahwa Ia memang sedang di mabuk asmara. Pertanyaan baru pun muncul , bagaimana cara mengungkapkan isi hatinya ?? hal ini mungkin mudah bagi sebagian orang, namun sulit bagi seorang Ginanjar karena Ia ingin mengungkapkan isi hatinya dengan cara yang berbeda agar lebih spesial di mata Indah. Mau tau cara Ginanjar mengungkapkan cinta baca GETARAN ASMARA PART  II.


Kamis, 22 September 2011

UDIN JABRIKS ( ALJABAR MATRIKS )


Ka Udin , itulah sapaan akrab seorang dosen matematika di salah satu PTN di Jawa Barat. Udin ialah seorang dosen yang terkenal karena beliau mudah bergaul dengan mahasiswanya karena usianya baru menginjak 25 tahun.
Siang itu, Udin masuk ke kelas tepat pukul 13.05. “Selamat siang” ujarnya, kepada mahasiswa.
Materi kita pada hari ini adalah.................  ALJABAR MATRIKS, Dua kata itulah yang tertulis di papan tulis. Kemudian, beliau berkata “ Belum di katakan matematikawan sejati, jika belum mampu berkarya sastra.”
“Ka , mengapa belum disebut matematikawan sejati jika belum berkarya sastra ?” tanya seorang mahasiswa yang ingin mengulur – ulur waktu.
Karena karya sastra merupakan tingkat intelektulitas manusia yang paling tinggi, Udin menjawab dengan santai.
Ka  Coba........!!! Berikan contoh dan buktikan bahwa ka Udin  adalah seorang matematikawan sejati. Tanya Rian, seorang mahasiswa yang kritis.
Udin langsung membuka tutup spidol, mendekat ke papan tulis, dan menuliskan
Ragukan dua vektor yang berpotongan membentuk landasan.
Ragukan matriks O = Nilainya Nol.
Ragukan pula matrik  I  = Determinanya satu.
Namun jangan Kau ragukan cintaku.
Seluruh mahasiswi berdecak kagum dengan kata – kata yang di tuliskan oleh Ka Udin . Kata yang sederhana namun memiliki makna yang mendalam.
Sebenarnya, Udin sengaja menuliskan pusisi  untuk Intan, salah satu mahasiwi di kelas itu.  Intan  ialah Mahasiwi yang telah lama berada di dalam lubuk hati Uudin yang paling dalam.
Tak terasa waktu cepat berlalu, Kulia siang itu hampir selesai. Dalam benak Udin terlintas ucapan Albert Einstein “ Duduk satu jam bersama orang yang dicintai terasa bagai satu menit, sedangkan duduk di atas kompor selama lima menit terasa bagaikan satu jam. itulah relativitas.” Seperti kuliah yang indah pada sore itu, harus berakhir.
“Udin
 Udin
Udin .......BANGUN”,  suara Dosen membangunkanya. Di iringi dengan suara tawa dari teman – teman Udin.
Udin, bangun dengan salah tingkah dan sedikit merapikan wajahnya yang kusam selepas tidur saat kuliah.
Sang Dosen yang sebenarnya, langsung memberikan pertanyaan bonus “ Buktikan bahwa dua buah vektor bebas linier membentuk landasan ??   dan Udin di perintahkan untuk mengerjakan soal di depan kelas.
Inilah kenyataan, Udin sadar bahwa dia bukanlah seorang Dosen seperti dalam mimpinya tadi. Mimpi itu juga yang mengantarkanya pada soal bonus. kali ini Udin bergumam dari lubuk hatinya yang paling dalam “ Aljabar matriks bukanlah sebuah karya sastra indah tetapi sesuatu yang singkat padat dan tidak jelas, seperti cerpen ini.”

Minggu, 18 September 2011

PEMBASMI KORUPSI


“KAMULAH PAHLAWAN PEMBASMI KORUPSI”
Kalimat yang tertulis di dinding kamarkun itulah, yang membuatku tetap semangat belajar. Maklum, saat ini merupakan masa– masa sibuk di kampus karena aku sedang mengerjakan skripsiku dalam bidang hukum, di salah satu universitas papan atas di indonesia. Kamen, itulah sapaan akrabku di kampus.
Sejak kecil aku bercita-cita ingin seperti ayahku, mengabdi untuk bangsa dan negara. Ayahku adalah seorang hakim yang sangat adil dalam setiap keputusanya di persidangan. Ayahku sempat masuk bui, namun bukan karena Ia melanggar hukum. Tetapi, karena ada politisi yang merasa terancam dengan posisi ayahku sebagai salah satu hakim ketua mahkama agung. Sehingga politisi itu, menyebar fitnah dan menuduh ayahku menerima suap. Itulah yang menyebabkan ayahku merasakan hidup dibalik jeruji.
 Ayahku masuk  bui sejak aku duduk di bangku SMP dua tahun kemudian, Ia bebas  dan dinyatakan tidak bersalah. Setelah bebas, Ayahku tak lagi mendapat kursi di pemerintahan, sehingga yang menjadi tulang punggung keluarga saat ini bukan lagi Ayah, melainkan kakak pertamaku. Herman ialah kakak pertamaku, saat ini dia sedang duduk sebagai salah satu anggota DPR-RI. Aku bisa kuliah di universitas ternama dengan biaya pendidikan super mahal itu semua berkat kakaku Herman.
Akhirnya, setalah hampir enam tahun bekerja keras di kampus, kini aku telah menjadi  menjadi seorang hakim. Hari ini, aku bisa tersenyum bahagia dan bergumam dalam hati “sesungguhnya setelah kesulitan pasti ada kemudahan”. Namun, aku tak boleh terlena dengan itu semua karena perjuangan belum berakhir dan masih banyak kesulitan lain yang harus kuhadapi esok. Benar saja, setelah aku meresapi secuil kemenagan dalam hidupku. Aku langsung mendaptkan tantangan baru yang selama ini aku tunggu kehadiranya. Tantangan itu ialah menjadi hakim ketua pada sidang kasus korupsi bulan depan.
Waktu begitu cepat berlalu, tantangan itu kini tinggal menghitung hari. Aku yakin pasti dapat bersikap adil di persidangan perdana nanti. Apalagi kasus yang akan aku tangani adalah kasus korupsi. Kasus korupsi merupakan sepesialisasiku saat kuliah jadi aku sangat menguasai hukum korupsi. Tinggal tujuh hari lagi, sikapku  sebagi hakim akan di uji. Malam itu, aku tidur dengan lelap di iringi dengan suara gemercik hujan yang tak begitu deras.
( suara TV ) “selamat pagi pemirsa dimanapu anda berada, anda sedang menyaksikan kabar pagi. Berita utama pagi ini kami rangkum dalam kabar utama.” Tdidi...ding..ng....
Sesaat setelah sholat subuh, aku menyaksikan berita pagi di salah satu stasiun televisi swasta Nasional. Aku sangat terkejut ketika melihat berita utama pagi itu, “ Herman caryono, terlibat kasus korupsi senilai lima miliyar rupiah, dan rencanaya sidang pertamanya di pengadilan tinggi Jakarta Selatan, di laksanakan minggu depan. Saat ini, Herman telah di amankan pihak kepolisian. Berita itu tak hanya membuatku terkejut, namun membuatku malu dan kecewa karena kakak yang selama ini aku banggakan ternyata seorang koruptor kelas kakap.
Inilah keputusan terberat dalm hidupku, Apakah aku  rela untuk menjebloskan kakak yang sangat aku cintai ke balik jeruji besi atau Apakah aku rela untuk membebaskan koruptor dari hukuman  ?
Pertanyaan itu selalu muncul menjelang tidurku, sedang waktu terus berjalan tanpa menunggu tuk dapat berpikir panjang. Besok adalah hari persidangan dengan agenda kesaksian jaksa penuntut umum dan saksi dari terdakwa. Juga besok adalah babak final keputusan kepastian hukum kepada kakaku sebagai terdakwa. Malam ini, tak seperti malam seminggu yang lalu. Kini aku tak bisa tidur lelap lagi pertanyaan itu terus muncul di dalam kepalaku dan menanti jawaban yang pasti.
Pagi kini telah tiba, pukul enam pagi aku telah menuju kantor pengadilan meski sidang di mulai jam sembilan pagi. Maklum, bukan jakarta namanya jika tak macet. Tepat pukul delapan pagi aku telah sampai di pengadilan dan duduk di kursi hakim ketua. Aku masih bingung tinggal beberapa menit lagi aku harus mengambil keputusan, namun hingga sekarang keputusan yang tepat belum ku dapatkan. Apalagi media massa sering mengaitkan kasus ini dengan diriku.
Kini kursi kosong ruang sidang telah terisi penuh, di pojok depan aku melihat Ayah, Ibu, dan Adiku duduk. Mereka hadir untuk memberikan semangat kepada aku dan kakaku. Tepat pukul sembilan , aku membuka sidang dan membaca surat keputusan yang baru saja aku cetak beberapa menit yang lalu. Setelah menimbang, mengingat dan akhirnya aku memutuskan menjatuhkan hukuman selama 5 tahun penjara kepada terdakwa, sesuai dengan tuntutan jaksa penuntut umum. Setelah memutuskan itu, aku melihat Ayahku mengangkat ibu jarinya dan tersenyum kepadaku. Kemudian menghampiriku dan berkata “ ITULAH KEPUTUSAN YANG TERBAIK AKU BANGGA PADAMU”